Keluhan Warga Jodoh Permai Terkait Air Bersih Tak Kunjung Didengar, Pak Rudi Sampai Kapan Kami Begini?

oleh -
Jodoh Permai
Beberapa warga tampak menunggu air bersih yang dibeli dsri pihak swasta. (Foto: Chandra)

Lentera Batam – Sebanyak 230 rumah yang berada di Perumahan Jodoh Permai, Kelurahan Sei Jodoh, Kecamatan Batuampar, hingga kini masih menantikan solusi terbaik terkait masalah krisis air bersih yang dialami selama ini.

Meski telah berulang kali membuat laporan ke kantor pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang saat ini dikelola oleh PT Moya Indonesia, namun tak kunjung mendapatkan titik terang.

Kondisi ini pun semakin membuat warga meradang. Mereka berharap kepada Walikota sekaligus Kepala BP Batam, H M Rudi bisa mengambil sikap dengan permasalahan ini.

Baca: Sambangi Toko Emas di Tanjungpantun, Polsek Batuampar Ajak Warganya Selalu Jaga Kamtibmas

Saat awak media mendatangi kawasan tersebut, tampak beberapa warga menantikan air bersih yang dibeli. Terlihat juga beberapa ember berada di sekeliling warga tersebut yang bertujuan untuk menampung air.

Salah satu warga berinisial AG, mengaku permasalahan ini sudah menaun dialaminya dan tak kunjung ada titik terang.

Malahan, sejak pergantian pengelolaan dari PT ATB ke PT Moya Indonesia, bukannya menjadi lebih baik, justru semakin menyengsarakan warga.

“ATB dulu tidak separah ini. Sekarang air mati bisa sampai seminggu. Kami sudah bolak balik mengadukan, tapi tidak mendapat jawaban,” ujarnya.

Yang lebih membuat warga gondok, tagihan untuk pembayaran air selalu datang namun air tak kunjung mengalir. Jika telat bayar, surat pemutusan langsung datang.

“Sekarang ini kami bayar double. Tagihan air harus dibayar, dan juga kami harus membeli air bersih dari pihak lain,” sesalnya, yang diamini warga lainnya.

Meski adapun bantuan air bersih dari pemerintah Kota Batam, namun tidak mencukupi kebutuhan ratusan rumah di kawasan tersebut.

Baca: Chinatown Imlek Festival Sukses Digelar, Panitia Beri Piagam Penghargaan Pada Polsek Lubukbaja

“Yang datang hanya 1 mobil tangki, dan harus dibagi untuk setiap rumah. Mana cukup. Ada sekitar 230 rumah mulai dari Blok A hingga Blok H di kawasan ini,” keluhnya.

Imbasnya, warga terpaksa harus mengeluarkan biaya ekstra membeli air seharga Rp 350 ribu untuk satu tangki.

“Jika setiap hari membeli air bersih, kami juga tidak sanggup. Kami berharap Pak Rudi (Walikota Batam) memberikan kebijakan untuk menambah bantuan pasokan air. Jangan hanya satu mobil, minimal 3 hingga 5 tangki, baru mencukupi kebutuhan warga di sini,” tegasnya.

Mewakili warga, ia berharap ada solusi terbaik tentang permasalahan tersebut.

“Pak Rudi, sampai kapan kami begini? Apakah perlu warga beramai-ramai turun menyuarakan masalah ini dan baru ditanggapi? Tentunya ini akan membuat Kota Batam tidak kondusif. Namun Jika memang itu yang diingikankami pun akan siap turun,” tegasnya lagi.

No More Posts Available.

No more pages to load.